Tampilkan postingan dengan label BELAJAR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BELAJAR. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Maret 2017

Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar

SUHENDRA

a.        Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar
Pada dasarnya manusia dilahirkan tanpa mengetahui sesuatu pun. Namun di balik ketidaktahuannya itu manusia dibekali dengan potensi, seperti potensi beragama, minat, dan bakat. Semua potensi tersebut tidak akan berkembang tanpa dibina melalui proses pendidikan. Sebagaimna sabda Rasulullah saw.:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ
Artinya:
Dari Abi Hurairah ra. berkata Rasulullah saw. Bersabda: Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat.[1] (HR. Muslim)

Dari hadis di atas jelaslah manusia terlahir sebagai makhluk yang tidak mengetahui dan mudah terpengaruh, inilah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar manusia, yaitu:
1)        Faktor Internal
Faktor internal terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a)         Faktor Jasmaniah
Yang termasuk faktor jasmaniah adalah:
(1)     Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing dan mengantuk.
(2)     Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik dan karena ada suatu kelainan, yang kurang atau tidak normal, misalnya buta, tuli, patah kaki, lumpuh dan sebagainya. Cacat juga dapat mempengaruhi proses belajar. Jika hal ini terjadi, sebaiknya siswa bersekolah di lembaga pendidikan khusus.
b)        Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang bisa mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah:
(1)     Intelegensi
Intelegensi atau Intelegency Quotion (IQ) adalah kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif dan mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai IQ yang tinggi akan berhasil dari siswa yang memiliki IQ yang rendah. Namun siswa yang memiliki IQ tinggi belum pasti berhasil dalam belajar, karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki IQ normal dapat juga berhasil belajar dengan baik, jika ia belajar dengan baik pula.
(2)     Perhatian
Perhatian menurut al-Ghazali dalam Slameto adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran yang selalu menarik perhatian dan mengusahakan pelajaran sesuai dengan hobi serta bakatnya, atau carilah metode atau metode yang bisa membuat siswa lebih tertarik dengan pelajaran itu, misalnya dengan menggunakan metode dan media yang dapat menarik perhatian siswa untuk belajar.
(3)     Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Minat berbeda dengan perasaan senang. Sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.
(4)     Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik akan lebih cepat bisa mengetik dengan lancar dibandingkan  dengan orang lain yang tidak memiliki bakat untuk mengetik. Jadi bakat itu juga dapat mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan labih baik karena ia senang belajar dan pastilah ia akan lebih giat lagi dalam belajar. Sangat penting mengetahui bakat siswa agar kita bisa menempatkan di kelas yang sesuai dengan bakatnya.
2)        Faktor Eksternal
Faktor eksternal dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu:
a)         Faktor Keluarga
Fakor keluarga adalah faktor pertama dan utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Keberhasilan siswa di sekolah dapat didukung oleh keluarga, keluarga peduli dengan pendidikan akan menghasilkan anak yang rajin belajar dan juga sangat menghargai pendidikan. Faktor keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik anak-anaknya, relasi antara anggota keluarga, suasana di rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.
b)        Faktor Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab dalam mendidik siswa. Sekolah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, keadaan seperti gedung sarana dan prasana lengkap, kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa, maka semua hal itu akan mempengaruhi cara dan hasil belajar siswa. Jika siswa merasa senang dan nyaman dengan lingkungan sekolah, terutama gurunya, maka siswa akan rajin datang dan rajin belajar.
c)         Faktor Masyarakat
Masyarakat juga sangat menentukan proses hasil belajar siswa. Keadaan masyarakat turut mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti teman sepergaulannya, orang-orang di sekitar lingkungannya. Jika siswa bergaul dengan orang-orang yang kurang peduli dengan pendidikan, maka lama kelamaan siswa akan terpengaruh dan tidak peduli lagi dengan pendidikannya, sehingga akhirnya siswa malas belajar dan malas datang ke sekolah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, proses dan hasil belajar siswa sangat dipengaruhi beberapa faktor, baik itu faktor internal maupun eksternal. Jika faktor eksternal seperti perhatian terganggu atau berkurang, maka sebaiknya guru mencari penyebabnya, mungkin saja cara guru dalam menyampaikan pelajaran kurang menarik, mungkin saja metode yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran sangat membosankan, dan mungkin saja metode yang digunakan guru belum tepat.[2]
Selain menggunakan metode yang tepat dalam penyampaian palajaran dan pendidikan terhadap siswa, yang paling penting dilakukan adalah perhatian, perhatian siswa dengan penuh kasih sayang dan lemah lembut. Islam mengajarkan bahwa hendaknya pengajaran dan pendidikan dilakukan atau dilaksanakan dengan penuh kasih sayang serta lemah lembut.
Seperti firman Allah swt. di dalam Alquran surat Ali Imran ayat 159:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  
Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[3]




[1]Imām Abi Al-Husāin Muslim Bin Al-Hajj, Shahih Muslim (Riyad Arab Saudi: Dar ‘Alimu al Kutub,1996), No. 2658. Jilid IV, h. 2047.
[2]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor, h. 56-59.
[3]Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h.71

Pengertian Hasil Belajar dalam Islam

SUHENDRA

  Pengertian Hasil Belajar
Beberapa definisi hasil belajar di anataranya menurut Rifa’i bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.[1]
Kemudian Thamrin memberikan definisi hasil belajar setelah siswa mengikuti program pengajaran dalam mata pelajaran tertentu. Hasil belajar yang disebut sebagai prestasi pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Kemampuan belajar dapat digolongkan menjadi: 1) kemampuan kognitif yang meliputi pemahaman dan pengetahuan, 2) kemampuan sensorik-psikomotorik yang meliputi kemampuan melakukan serangkaian gerak-gerik tertentu, 3) kemampuan mempengaruhi perilaku.
Menurut Winkel, kemampuan-kemampuan yang diperoleh seseorang merupakan hasil belajar yang mengakibatkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku.[2]
Sedangkan menurut Suprijono hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suprijono, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif meliputi knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehensip (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk hubungan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif meliputi receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valving (nilai), organization (organisasi), dan characterization (karakterisasi). Sedangkan domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinizied.[3]
Hasil belajar juga berkaitan dengan sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melalui proses dalam menimba ilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah swt. dalam Alquran surat al-Mujadilah ayat 11:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
Artinya:
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.[4]
Rasulullah saw. juga bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imâm al-Bukhârî:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ العَلاَءِ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ، عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الهُدَى وَالعِلْمِ، كَمَثَلِ الغَيْثِ الكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ، قَبِلَتِ المَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الكَلَأَ وَالعُشْبَ الكَثِيرَ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ، أَمْسَكَتِ المَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلَأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ، وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ.
Artinya:
Muhammad Ibnu Alai telah meriwayatkan kepada kami, beliau berkata Himmâd Ibnu Usâmah telah meriwayatkan kepada kami, dari Buraid Ibnu Abdillah dari Burdah, dari Abî Musa ra., ia berkata: bahwa Nabi saw. bersabda: perumpamaan petunjuk (hidayah) dan ilmu yang Allah utus dengannya (Rasulullah) seperti hujan lebat yang jatuh ke tanah, di antara tanah itu ada yang baik dan subur, dapat menyerap air sehingga tumbuh berbagai tumbuh-tumbuhan dan rerumputan, di antaranya ada yang dapat menampung air kemudian Allah memberikan manfaat pada manusia dari tanah tersebut sehingga ia bisa minum dengan air tersebut, dan bercocok tanam menyirami tanaman, sebagian air jatuh ke sebidang tanah yang lain yakni tanah yang tandus lagi datar, tanah ini tidak mampu menampung air dan tidak dapat menumbuhkan tumbuhan, maka yang demikian itu adalah perumpaan orang yang paham Agama pada Agama Allah (Islam) dan ia memperoleh manfaat dari petunjuk dan ilmu yang Allah utus kepadaku (Rasulullah), dan ia pun belajar serta mengajarkannya, perumpamaan seseorang yang tidak peduli dengan perkara itu (ilmu) dan tidak mau menerima petunjuk atau ilmu Allah yang dengannya aku (Rasulullah) di utus seperti tanah yang tandus.[5]
Sehingga hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang, penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar yang dialami siswa dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai.




[1]Ahmad Rifa’i dan Catharina Tri Anni, Psikologi Pendidikan (Semarang: UNNES Press, 2009), h. 85.
[2]Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Gramedia,1999), h. 35.
[3]Agus Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010) cet.4. h.5
[4]Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 543.
[5]Imâm Abû ‘Abdillah Muhammad bin Ismâ‘îl al-Bukhârî, Matan Masykûl Al-Bukhârî (Beirut: Lebanon, Dâr Al-Fikr), No. 79. jilid I, 1994. h. 34.

Pengertian Belajar dalam Islam

SUHENDRA


 Belajar
a.        Pengertian Belajar
Sebagai landasan penguraian apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi belajar di antaranya menurut Slameto yang menyatakan bahwa balajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi lingkungannya.[1]
Moh Uzer Usman manyatakan bahwa belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.[2]
Sedangkan menurut Ernest R. Hilgar sebagaimana dikemukakan oleh Toto bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan, perubahan itu disebabkan karena adanya dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif.[3]
Berdasarkan pendapat para ahli tentang belajar dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan berarti pada seseorang yang telah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuan, keterampilan, maupun aspek sikap. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Kriteria keberhasilan dalam belajar di antaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
Berhubungan dengan belajar, sebagaimana terdapat dalam surah al-Taubah ayat 122:
$tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ  
Aratinya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.[4]

Berdasarkan ayat di atas, Allah swt. melarang mereka pergi ke medan perang, adanya perintah agar sebagian manusia pergi memperdalam ilmu pengetahuannya dan menyebarluaskan wilayahnya, dengan maksud supaya terjadi proses pembelajaran sesudah dia kembali ke masyarakat.[5]
Rasullullah saw. bersabda dalam hadisnya:
عَنْ اَنَسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ, وَ اِنَّ طَالِبَ العِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ شَيْ حَتَّى الْحِيْتَانَ فِي الْبَحْرِ (رواه ابن عبد البر)
Artinya:
Dari Anas ra. berkata Rasulullah saw. bersabda: menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang Islam, karena sesungguhnya semua makhluk sampai binatang-binatang yang ada di laut memohonkan ampun untuk orang yang menuntut ilmu (HR. Ibnu Abdul Bar).[6]

Berdasarkan hadis di atas besar pahalanya mencari ilmu pengetahuan dan mencari ilmu pengetahuan wajib atas tiap-tiap muslim, sehingga ikan-ikan di lautan turut mendoakannya, meminta ampun kepada Allah swt. untuknya dan tidak itu juga seluruh isi dunia memohon ampun kepadanya. Alangkah mulianya orang yang mencari ilmu pengetahuan.
Rasulullah saw. juga menjelaskan bahwa Allah swt. akan memudahkan jalan orang yang menuntut ilmu, seperti hadis Nabi saw. sebagai berikut:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ، وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ-وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى، قَالَ يَحْيَى: أَخْبَرَنَا وقَالَ الْآخَرَانِ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِح عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ،
Artinya:
Yahya bin Yahya At-Tamimi, Abu Bakr bin Abu Syaibah, dan Muhammad ibnul 'Ala` Al-Hamdani telah menceritakan kepada kami. Dan lafazh ini milik Yahya. Yahya berkata: Telah mengabarkan kepada kami. Dua yang lain berkata: Abu Mu'awiyah mengabarkan kepada kami, dari Al-A'masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah. Beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,’Barangsiapa yang melepaskan dari orang mu`min satu kesusahan dari berbagai kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskan darinya kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa memberi kemudahan bagi orang yang kesulitan, maka Allah akan mudahkan dia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya. Dan barangsiapa menempuh satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. Tidaklah satu kaum pun yang berkumpul di dalam satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca dan saling mempelajari Kitab Allah di antara mereka, kecuali ketenangan akan turun kepada mereka, rahmat akan meliputi mereka, malaikat akan mengelilingi mereka, dan Allah menyebut mereka kepada para malaikat di sisi-Nya. Barangsiapa amalnya memperlambatnya, nasabnya tidak akan bisa mempercepatnya (HR. Muslim)[7]




[1]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),  h. 2.
[2]Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), h. 5.
[3]Toto Rumimat, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depatemen Agama RI, 2009), h. 54.
[4]Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Bandung: Jumanatul ‘Ali-Art, 2004), h. 206.
[5]M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasihan Alquran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), cet. I. Vol.V,  h. 290.
[6]Imâm Jalâluddîn bin Abû Bakr as-Suyûthî, al-Jâmi‘us Shagîr Fî Ahâdîsi Al-Basyîri An-Nadzîr (Beirut: Lebanon, Dâr Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2004), jilid II, h. 325.
[7]Imām Abi Al-Husāin Muslim Bin al-Hajj, Shahih Muslim (Riyad Arab Saudi: Dar ‘Alimu al Kutub,1996), No. 2699.  jilid IV. h. 2074.