Pada
dasarnya manusia dilahirkan tanpa mengetahui sesuatu pun. Namun di balik
ketidaktahuannya itu manusia dibekali dengan potensi, seperti potensi beragama,
minat, dan bakat. Semua potensi tersebut tidak akan berkembang tanpa dibina
melalui proses pendidikan. Sebagaimna sabda Rasulullah saw.:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ
بَهِيمَةً جَمْعَاءَ
Artinya:
Dari
Abi Hurairah ra. berkata Rasulullah saw. Bersabda: Seorang
bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian
(fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi,
Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat
tanpa cacat.[1] (HR.
Muslim)
Dari
hadis di atas jelaslah manusia terlahir sebagai makhluk yang tidak mengetahui
dan mudah terpengaruh, inilah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar manusia, yaitu:
1)
Faktor
Internal
Faktor internal terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a)
Faktor
Jasmaniah
Yang termasuk faktor jasmaniah adalah:
(1)
Faktor
Kesehatan
Sehat berarti
dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit.
Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya
terganggu, ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing dan mengantuk.
(2)
Cacat
Tubuh
Cacat tubuh
adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik dan karena ada suatu kelainan, yang
kurang atau tidak normal, misalnya buta, tuli, patah kaki, lumpuh dan
sebagainya. Cacat juga dapat mempengaruhi proses belajar. Jika hal ini terjadi,
sebaiknya siswa bersekolah di lembaga pendidikan khusus.
b)
Faktor
Psikologis
Faktor
psikologis yang bisa mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah:
(1)
Intelegensi
Intelegensi atau Intelegency Quotion (IQ) adalah kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif, mengetahui dan menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif
dan mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya
terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai IQ
yang tinggi akan berhasil dari siswa yang memiliki IQ yang rendah. Namun siswa
yang memiliki IQ tinggi belum pasti berhasil dalam belajar, karena belajar
adalah suatu proses yang kompleks dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Siswa yang memiliki IQ normal dapat juga berhasil belajar dengan baik, jika ia
belajar dengan baik pula.
(2)
Perhatian
Perhatian
menurut al-Ghazali dalam Slameto adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Untuk
dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian
siswa, maka timbullah kebosanan. Agar siswa dapat belajar dengan baik,
usahakanlah bahan pelajaran yang selalu menarik perhatian dan mengusahakan
pelajaran sesuai dengan hobi serta bakatnya, atau carilah metode atau metode
yang bisa membuat siswa lebih tertarik dengan pelajaran itu, misalnya dengan
menggunakan metode dan
media yang dapat menarik perhatian siswa untuk belajar.
(3)
Minat
Minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai rasa
senang. Minat berbeda dengan perasaan senang. Sedangkan minat selalu diikuti
dengan perasaan senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.
(4)
Bakat
Bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik akan
lebih cepat bisa mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang tidak memiliki bakat
untuk mengetik. Jadi bakat itu juga dapat mempengaruhi belajar. Jika bahan
pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya
akan labih baik karena ia senang belajar dan pastilah ia akan lebih giat lagi
dalam belajar. Sangat penting mengetahui bakat siswa agar kita bisa menempatkan
di kelas yang sesuai dengan bakatnya.
2)
Faktor
Eksternal
Faktor
eksternal dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu:
a)
Faktor
Keluarga
Fakor keluarga
adalah faktor pertama dan utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Keberhasilan siswa di sekolah dapat didukung oleh keluarga, keluarga peduli
dengan pendidikan akan menghasilkan anak yang rajin belajar dan juga sangat
menghargai pendidikan. Faktor keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik
anak-anaknya, relasi antara anggota keluarga, suasana di rumah, dan keadaan ekonomi
keluarga.
b)
Faktor
Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggung
jawab dalam mendidik siswa. Sekolah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
hasil belajar siswa, keadaan seperti gedung sarana dan prasana lengkap, kurikulum
sesuai dengan kebutuhan siswa, maka semua hal itu akan mempengaruhi cara dan
hasil belajar siswa. Jika siswa merasa senang dan nyaman dengan lingkungan
sekolah, terutama gurunya, maka siswa akan rajin datang dan rajin belajar.
c)
Faktor
Masyarakat
Masyarakat juga sangat menentukan proses hasil belajar siswa.
Keadaan masyarakat turut mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti teman
sepergaulannya, orang-orang di sekitar lingkungannya. Jika siswa bergaul dengan
orang-orang yang kurang peduli dengan pendidikan, maka lama kelamaan siswa akan
terpengaruh dan tidak peduli lagi dengan pendidikannya, sehingga akhirnya siswa
malas belajar dan malas datang ke sekolah.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, proses dan hasil belajar siswa sangat
dipengaruhi beberapa faktor, baik itu faktor internal maupun eksternal. Jika
faktor eksternal seperti perhatian terganggu atau berkurang, maka sebaiknya
guru mencari penyebabnya, mungkin saja cara guru dalam menyampaikan pelajaran
kurang menarik, mungkin saja metode yang digunakan guru dalam menyampaikan
pelajaran sangat membosankan, dan mungkin saja metode yang digunakan guru belum
tepat.[2]
Selain
menggunakan metode yang tepat dalam penyampaian palajaran dan pendidikan
terhadap siswa, yang paling penting dilakukan adalah perhatian, perhatian siswa
dengan penuh kasih sayang dan lemah lembut. Islam mengajarkan bahwa hendaknya
pengajaran dan pendidikan dilakukan atau dilaksanakan dengan penuh kasih sayang
serta lemah lembut.
Seperti
firman Allah swt. di dalam Alquran surat Ali Imran ayat 159:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya:
Maka
disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[3]