Beberapa definisi hasil
belajar di anataranya menurut Rifa’i bahwa hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan
aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
siswa. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,
maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.[1]
Kemudian
Thamrin memberikan definisi hasil belajar setelah siswa mengikuti program
pengajaran dalam mata pelajaran tertentu. Hasil belajar yang disebut sebagai
prestasi pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Kemampuan belajar dapat digolongkan menjadi: 1) kemampuan kognitif yang
meliputi pemahaman dan pengetahuan, 2) kemampuan sensorik-psikomotorik yang
meliputi kemampuan melakukan serangkaian gerak-gerik tertentu, 3) kemampuan
mempengaruhi perilaku.
Menurut
Winkel, kemampuan-kemampuan yang diperoleh seseorang merupakan hasil belajar
yang mengakibatkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku.[2]
Sedangkan
menurut Suprijono hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom
dalam Suprijono, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Domain kognitif meliputi knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehensip (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk hubungan baru), dan evaluation
(menilai). Domain afektif meliputi receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respon), valving (nilai), organization (organisasi),
dan characterization (karakterisasi). Sedangkan domain psikomotorik
meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinizied.[3]
Hasil
belajar juga berkaitan dengan sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melalui
proses dalam menimba ilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah swt. dalam
Alquran surat al-Mujadilah ayat 11:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya:
Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam
majlis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan
apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.[4]
Rasulullah
saw. juga bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imâm al-Bukhârî:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ العَلاَءِ،
قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ، عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ،
عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الهُدَى وَالعِلْمِ،
كَمَثَلِ الغَيْثِ الكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ،
قَبِلَتِ المَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الكَلَأَ وَالعُشْبَ الكَثِيرَ، وَكَانَتْ مِنْهَا
أَجَادِبُ، أَمْسَكَتِ المَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا
وَسَقَوْا وَزَرَعُوا، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ
قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلَأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ
فِي دِينِ اللَّهِ، وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ،
وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ
الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ.
Artinya:
Muhammad Ibnu ‘Alai telah meriwayatkan kepada kami, beliau berkata Himmâd Ibnu Usâmah
telah meriwayatkan kepada kami, dari Buraid Ibnu Abdillah dari Burdah, dari Abî Musa ra., ia berkata: bahwa Nabi saw. bersabda: perumpamaan petunjuk (hidayah) dan
ilmu yang Allah utus dengannya (Rasulullah) seperti hujan lebat yang jatuh ke
tanah, di antara tanah itu ada yang baik dan subur, dapat menyerap air sehingga
tumbuh berbagai tumbuh-tumbuhan dan rerumputan, di antaranya ada yang dapat
menampung air kemudian Allah memberikan manfaat pada manusia dari tanah
tersebut sehingga ia bisa minum dengan air tersebut, dan bercocok tanam
menyirami tanaman, sebagian air jatuh ke sebidang tanah yang lain yakni tanah
yang tandus lagi datar, tanah ini tidak mampu menampung air dan tidak dapat
menumbuhkan tumbuhan, maka yang demikian itu adalah perumpaan orang yang paham
Agama pada Agama Allah (Islam) dan ia memperoleh manfaat dari petunjuk dan ilmu
yang Allah utus kepadaku (Rasulullah), dan ia pun belajar serta mengajarkannya,
perumpamaan seseorang yang tidak peduli dengan perkara itu (ilmu) dan tidak mau
menerima petunjuk atau ilmu Allah yang dengannya aku (Rasulullah) di utus
seperti tanah yang tandus.[5]
Sehingga
hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan
potensial atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang, penguasaan hasil belajar
oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.
Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang
merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari
penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Dari beberapa pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa
sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar yang dialami siswa dalam
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai.
[2]Winkel, Psikologi
Pengajaran (Jakarta: Gramedia,1999), h. 35.
[3]Agus Suprijono,
Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010) cet.4. h.5
[4]Departemen
Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 543.
[5]Imâm Abû
‘Abdillah Muhammad bin Ismâ‘îl al-Bukhârî, Matan Masykûl Al-Bukhârî (Beirut:
Lebanon, Dâr Al-Fikr), No. 79. jilid I, 1994. h. 34.
0 komentar:
Posting Komentar