DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian jenazah.......................................................................... 1
B.
Penyelenggaraan Jenazah.............................................................. 1
1. Memandikan
Jenazah............................................................... 2
2. Mengkafani
Jenazah................................................................. 4
3. Menshalatkan Jenazah.............................................................. 6
4. Menguburkan Jenazah.............................................................. 7
BAB III
KESIMPULAN........................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk
sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka
Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab
itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia
mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum
Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang
muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan,
mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut,
pemakalah akan mencoba menguraikan dalam
penjelasan berikut ini.
BAB II
PEMBAHASAN
PELAKSANAAN
FARDU KIFAYAH TERHADAP JENAZAH
A. PENGERTIAN JENAZAH
Kata jenazah
diambil dari bahasa Arab (جن ذح) yang
berarti tubuh mayat dan kata جن ذ yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata
jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup.[1]
Penyelenggaraan
jenazah adalah fardu kifayah bagi
sebagian kaum muslimin, khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/
muslimah.
Namun,
sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan terhadap jenazah tersebut,[2]
yaitu :
1. Dipejamkan
matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
2. Dilemaskan
tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.
3. Mengatupkan
rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya mulutnya
tidak menganga/terbuka.
4. Jika
memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya diselubungi
dengan kain.
5. Menyebarluaskan
berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai tolannya.
6. Lunasilah
hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.
7. Segerakanlah
fardu kifayahnya.
B. PENYELENGARAAN JENAZAH
Menurut
syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat macam,
yaitu :
1. Memandikan
jenazah
2. Mengkafani
jenazah
3. Mensalatkan
jenazah
4. Menguburkan
jenazah
1
Memandikan
jenazah
Memandikan
adalah salah satu cara yang wajib dilakukan terhadap mayat orang yang beragama
Islam. Caranya adalah menyampaikan atau mengalirkan air bersih ke seluruh
tubuhnya walaupun ia sedang haid atau junub. Memandikan ini dilakukan orang
yang masih hidup dengan menggunakan sabun dan wangi- wangian, tetapi dengan
lemah lembut.
Adapun
persiapan yang harus dilakukan atau peralatan yang harus disediakan sebelum memandikan
jenazah adalah:
1. Menyediakan
air yang suci dan mensucikan secukupnya dan mempersiapkan perlengkapan mandi
seperti handuk, sabun, wangi- wangian, kapur barus dan lain-lain.
2. Mengusahakan
tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah sehingga hanya orang yang
berkepentingan saja yang ada disitu.
3. Menyediakan
kain kafan secukupnya.
4. Usahakanlah
orang-orang yang akan memandikan jenazah itu adalah keluarga terdekat jenazah
atau orang-orang yang dapat menjaga rahasia. Jika jenazahnya laki-laki, maka
yang memandikannya harus laki- laki, demikian juga sebaliknya jika jenazahnya
perempuan, maka yang memandikannya harus perempuan, kecuali suami kepada
istrinya/istri kepada suaminya atau muhrimnya.
Orang
yang boleh memandikan jenazah adalah orang yang sama jenis kelaminnya dengan
mayat kecuali istri/ suami. Namun, jika ada beberapa orang yang berhak
memandikanny, maka yang lebih berhak adalah keluarga terdekat yang mengetahui
pelaksanaan mandi jenazah serta bersifat amanah. Kalau tidak, orang lain yang
lebih berpengetahuan serta amanah ( dapat dipercaya untuk tidak membuka aib
jenazah).
Adapun
cara memandikan jenazah itu dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Niat
karena Allah ta’ala.
2. Melepaskan
segala pakaian yang melekat di badan jenazah dan menggantinya dengan kain yang menutup
aurat.
3. Melepaskan
perhiasan dan gigi palsunya jika memungkinkan.
4. Membersihkan
rongga mulutnya, kuku- kukunya dan seluruh tubuhnya dari kotoran dan najis.
5. Memulai
memandikan dengan membersihkan anggota wudu’nya, dengan mendahulukan yang kanan
dan menyiramnya sampai rata tiga, lima,tujuh kali atau sesuai dengan kebutuhan.
6. Jenazah
dimiringkan ke kiri kemudian bagian kanan badan disiram dengan air, dan
selanjutnya dimiringkan ke kanan dan bagian kiri badan disiram dengan air,
siramlah dengan bilangan ganjil.
7. Pada
waktu jenazah disiram dengan air, badannya di gosok-gosok guna menghilangkan
najis/ kotoran sekaligus untuk meratakan air ke seluruh tubuh, perutnya di urut
dengan pelan atau badannya di bungkukkan sedikit supaya gas dan kotoran yang
ada dalam perutnya keluar, dan tempat keluar kotoran tersebut disiram dengan
air yang harum dengan memakai sarung tangan.
8. Pada
bagian akhir siraman hendaklah disiram dengan wangi- wangian.
9. Mengeringkan
badan jenazah dengan handuk dan berilah wangi-wangian. Bagi jenazah yang
berambut panjang hendaklah dikepang rambutnya jika memungkinkan.
Selain
hal di atas, yang perlu diperhatikan terhadap jenazah adalah sebagai berikut:
1. Orang
yang gugur, syahid dalam peprangan membela agama Allah cukup dimakamkan dengan
pakaian yang melekat di tubuhnya ( tanpa dimandikan, dikafani dan disalatkan ).
2. Orang
yang wafat dalam keadaan berihram di rawat seperti biasa tanpa diberi
wangi-wangian.
3. Orang
yang syahid selain dalam peperangan membela agama Allah seperti melahirkan,
tenggelam, terbakar dirawat seperti biasa.
4. Jenazah
janin yang telah berusia empat bulan dirawat seperti biasa.
5. Jika
terdapat halangan untuk memandikan jenazah, maka cukup diganti dengan tayammum.
6. Bagi
orang yang memandikan jenazah, disunnahkan untuk mandi sesudahnya.
2
Mengkafani
jenazah
Mengkafani
jenazah adalah membalut seluruh tubuhnya dengan kain dan sebagainya walaupun
hanya dengan sehelai kain. Mayat laki- laki sunat dikafani dengan tiga lapis
kain putih. Hal ini sesuai dengan hadis dari Aisyah r.a
عن
عائشة كفّن رسول الله صلّى الله عليه وسلّم في ثلاثة اثواب بيض سحوليّة كرسف ليس
فيها قميص ولا عمامة (متّفق عليه)
Sementara
itu, mayat perempuan sunat mengkafaninya dengan lima lapis kain yang terdiri
dari sehelai kain sarung, selendang dan dua helai kain untuk membalut tubuh
mayat/jenazah.
Persiapan
dan perlengkapan yang akan dilakukan untuk mengkafani jenazah adalah :
1. Kain
untuk mengkafani secukupnya dan diutamakan yang berwarna putih.
2. Kain
kafan untuk jenazah laki- laki terdiri dari tiga lembar, sedangkan kain kafan
untuk jenazah perempuan terdiri dari lima lembar kain, yaitu : kain basahan,
baju kurung, kerudung dan dua lembar kain penutup.
3.
Sebaiknya disediakan perlengkapan sebagai berikut:
a. Tali
sejumlah 3, 5, 7, atau 9 antara lain untuk ujung kepala, leher, pinggang/ pada
lengan tangan, perut, lutut, pergelangan kaki dan ujungkaki.
b. Kapas
secukupnya.
c. Kapur
barus atau pewangi secukupnya.
d. Meletakkan
kain memanjang searah tubuhnya di atas tali-tali yang telah disediakan.
e. Untuk
jenazah perempuan, aturlah kerudung/ mukena, baju dan kain basahan sesuai
dengan letaknya.
Setelah perlengkapan disediakan, maka
dilakukan dengan mengkafani jenazah dengan urutan sebagai berikut :
1. Pada
waktu hendak mengkafani dipasang lebih dahulu tirai (pendinding) supaya jenazah
itu tidak sampaidilihat orang lain/ selain orang yang mengkafani.
2. Kain
kafan telah dihamparkan dengan letak sebagai berikut:
a. Kain
kafan diletakkan pada urutan yang paling bawah yang telah ditaburi dengan
wangi-wangian seperti kapur barus. Dibawah kain kafan diletakkan tiga/ lima
buah tali yang di ambil dari pinggir kain kafan. Cara meletakkannya, satu helai
di ujung kepala, satu helai di pinggang dan satu helai lagi di ujung kaki.
Kedua tangannya diletakkan di dadanya seperti ketika melaksanakan solat.
b. Jenazah
diletakkan membujur di atas kain kafan dalam keadaan tertutup selubung kain.
c. Lepaskan
kain selubung dalam keadaan aurat tetap tertutup.
d. Jika
diperlukan, tutuplah dengan kapas lubang- lubang yang mengeluarkan cairan.
3. Bagi
jenazah laki-laki di tutup dengan tiga lapis kain secara rapi dan di ikat
dengan simpul disebelah kiri.
4. Bagi
jenazah yang berrambut panjang (permpuan) hendaklah rambutnya dikepang jika
memungkinkan.
5. Bagi
jenazah perempuan, kenakan(pakaian) lima lapis kain yaitu: kerudung, untuk
kepala, baju kurung , kain basahan penutup aurat dan dua lembar kain penutup
secara rapi serta di ikat dengan simpul disebelah kiri.
6. Setelah
tutup kepala, baju( bagi wanita) kain dan kapas dipakaikan, maka kain kapan
digulung dengan cara mempertemukan ujung kain sebelah kanan dan kiri satu
persatu, sejak dari leher sampai ke kaki kemudian di ikat dengan tali yang
telah diletakkan terlebih dahulu di bawah kain kafan yaitu di ujung sebelah
kaki dan pinggang, sedangkan yang sebelah atas masih terbuka sambil menanti
kerabatnya ziarah terakhir. Setelah kerabat dan familinya selesai berziarah,
maka disempurnakan gulungannya dan
7. kemudian
di ikat di ujung sebelah atas. Dan pertemuan ikatan itu sebaiknya dibuat
sebelah kiri jenazah.
3
Menshalatkan jenazah
Dalam
mensalatkan jenazah, terdapat beberapa perbedaan dengan salat- salat pada
umumnya karena ada rukun yang sama dan adapula yang berbeda dengan rukun salat
pada umumnya.
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah, yaitu:[3]
a. Jenazah
diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di depan orang
yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan
dan kaki sebelah kiri imam.
b. Pada
jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan
apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang
jenazah.
c. Setelah
jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut, kemudian
berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.
Adapun
rukun salat jenah adalah sebagai berikut :[4]
1. Niat
dengan lafaz
ا صلى على هذا\ هذه الميت \ميتة اربع تكبيرات فرض كفا ية
اما ما\ ما موما لله تعلى
2. Berdiri
bagi yang kuasa tanpa rukuk dan sujud.
3. Takbir
empat kali dengan urutan sebagai berikut :
Setelah berniat sebagaimana tersebut di atas, lalu
bertakbir dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua telinga atau
sejajar kedua bahu dan diletakkan di dada.
·
Sesudah takbir
pertama, dibaca surat Al- Fatihah.
·
Sesudah takbir
kedua, dibaca salawat atas nabi.
·
Sesudah takbir
ketiga, dibaca do’a. Antara lain do’a yang dibaca Rasulullah Saw sebagaimana
hadis riwayat Muslim dan Nasa’i dari Auf bin Malik, Rasulullah membaca :
اَللهُم اغْفِرْ لَهُ ورْ حَمْهُ وَ عَا فِهِ وَا عْفُ
عَنْهُ وَ اَ كْرِمْ نُزُ لَهُ وَوَ سعْ مَدْ خَلَهُ وَ اغْسِلْهُ بِ الْمَا ءِ
وَالثلجِ وَ الْبَرَدِ وَنَقهِ مِنَ الْخَطَا يَا كَمَا يُنَقى الثوْ بُ الاَ
بْييَضُ مِنَ الدنَسِ وَاَبْدِ لْهُ دَارَا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً
خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجاً خَيْراً مِن زَوْجِهِ وَ قِهِ مِنْ فِتْنَةِ
عَذَابِ الْقَبرِ وَ عَذَابِ النار( متفق عليه )
·
Sesudah takbir
ke empat sesuai hadis riwayat Al- Hakim dibaca:
اَللهُم لاَ تَحْرِمْناَ أَجْرَه ُوَلاَ تَفْتِنا َ وَا
غْفِرْلنَا وَ لَه (رَوَاه ُالحَا كِم
Apabila
jenazahnya anak- anak, maka do’anya sesudah takbir ketiga diganti dengan do’a
berikut sebagaimana hadis riwayat Al-Bukhori dan Al- Baihaqy :
اَللهُم
اجعَله لَنا سَلَفًا وَزُخْرًا
وَفَرَطًا ( رواه البخارى و البيهقي )
Kemudian yang terakhir adalah mengucap salam ke kanan
dan kiri :
السلا م عليكم ورحمة الله وبركا ته
4
Menguburkan jenazah
Kewajiban yang ke empat terhadap jenazah ialah menguburkannya. hukum
menguburkan jenazah adalah fardu kipayah atas orang yang masih hidup. Dalamnya kuburan sekurang
kurangnya kira-kira tidak tercium bau
busuk mayat itu dari atas kubur dan tidak dapat dibongkar oleh binatang
buas,sebab maksud menguburkan mayat ialah untuk menjaga kehormatan mayat
itu dan menjaga kesehatan orang-orang
yang ada di sekitar tempat itu.[5]
Sedangkan waktu penguburan secara normal dapat dilakukan pada siang
hari.Namun,penguburan dapat dilakukan juga pada malam hari sebab rasulullah saw
pernah menguburkan seseorang pada malam hari ,Ali r.a. menguburkan Fatimah binti
Muhammad,Abu bakar,Usman,Aisyah,dan Ibnu Mas’ud juga dikuburkan pada malam hari
sebagaimana sabda rasulullah SAW.dari jabir r.a yang diriwayatkan ibnu m
حد
ثنا عمرو بن عبدالله الءودي حد ثنا وكيع
عن ابرهيم بن يذيد المكي عن ابي الز بير عن جا بر بن عبدالله قال قا
ل رسوالله صلى الله عليه و سلم لال تد فنوا مو تا كم با ليل الا ان تضطروا
Artinya’’:janganlah kamu menguburkan jenazah pada malam
hari kecuali dalam keadaan terpaksa’’(H.R.Sunan Ibnu Majah no.1510 kitab
ja’a fi al-janaiz)
1)
Ketika
memasukkan mayat ke liang kubur hendaknya pekerja jenazah untuk membaca’’
2)
الله وعلى ملة رسو لله صلي الله عليه و
سلم
بسم . Khusus ketika memasukkan jenazah perempuan hendaklah di bentangkan
kain di atas liang kuburnya.
3)
Dua atau tiga
orang dari keluarga terdekat jenazah
dan di utamakan yang tidak junub pada malam hari sebelumnya, masuk
kedalam liang kubur dengan berdiri untuk menerima jenazah.
4)
Adapun
melepas tali-talinya dan membuka kain yang menutupi dan jari-jari kakinya sehingga
menempel ke tanah serta memasang bantalan tidak ada tuntunan dari rasulullah
SAW.
5)
Bagi
pengiring jenazah yang tiba di kuburan ketika kubur bekum selesai digali hendaklah duduk menghadap kiblat dan
jangan duduk di atas kuburan.
6)
Memintakan
ampunan dan keteguhan dalam jawaban bagi
jenazah dan mendo’akannya sambil berdiri
7)
Jenazah
diperbolehkan untuk di masukkan ke dalam peti
jika tanahnya berair atau jenazah dalam keadaan mudorat.[7]
8)
Dalam kondisi darurat
boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau lebih, dan yang lebih
didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.
9)
Yang menurunkan mayat
adalah kaum laki-laki meskipun mayatnya perempuan.
10)
Menurut sunnah:
memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.
11)
Meletakkan mayat di
atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap kiblat.
BAB III
KESIMPULAN
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia
sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat
perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang
muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan
kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh
sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4
perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun
hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a.
Memperoleh pahala yang besar.
b.
Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi
diantara sesame manusia.
c.
Membantu meringankan beban keluarga jenazah
dan sebagai ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
d.
Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e.
Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan
sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
DAFTAR PUSTAKA
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru
Algensindo Bandung. 1994
Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012
Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN SU Medan. 2012
http: //dear.to/ Abusalma, Ringkasan Cara Penyelenggaraan
Jenazah
0 komentar:
Posting Komentar